Sunday, April 16, 2017

protozoa usus

 


Nama parasit : Entamoeba Histolytica

Entamoeba histolytica adalah protozoa parasit, bagian dari genus Entamoeba. Protozoa ini menginfeksi manusia dan primata lainnya. E. histolytica diperkirakan telah menginfeksi sekitar 50 juta orang di seluruh dunia. Losch, di Rusia (1875), ditemukan pada tinja seseorang yang terkena disentri. Organisme ini ditemukan di ulkus usus besar manusia.


Morfologi dan Siklus Hidup Entamoeba Histolytica


Description: C:\Users\nakbali\Desktop\download.jpg






Gambar : Entamoeba histolytica

Entamoeba histolytica memiliki tiga bentuk, yaitu trofozoit, prekista, dan kista. Bentuk trofozoit merupakan bentuk invasif dan umumnya terdapat di usus besar (dalam jaringan mukosa atau submukosa), sedangkan kista berada di lumen usus. Entamoeba histolytica dalam bentuk trofozoit mampu bertahan selama 5 jam dalam suhu 37οC, 16 jam dalam suhu 25οC, 96 jam dalam suhu 5οC. Sedangkan bentuk kista dapat bertahan selama 2 hari dalam suhu 37οC, 7 jam dalam suhu 28οC, dan dalam 15 – 30 menit pada 4ppm chlor. Penderita terinfeksi oleh Entamoeba histolytica karena tertular bentuk kista matang berinti empat. Proses reproduksi Entamoeba histolytica adalah dengan cara :

a. Eksistasi, kista berinti empat yang masuk ke dalam tubuh membentuk delapan amubula    kemudian menjadi bentuk trofozoit, proses ini terjadi di sekum/ileum.

b. Enkistasi, dari bentuk tofozoit menjadi kista.

c. Multiplikasi, terjadinya pembelahan dari trofozoit.


Bentuk trofozoit berukuran antara 15 – 60 μm dan memiliki ektoplasma, berwarna jernih dan homogen, berfungsi untuk pergerakan (pseudopodi), menangkap makanan dan membuang sisa – sisa makanan, sebagai alat pernapasan, dan alat proteksi. Endoplasma berwarna keruh, didalamnya banyak terdapat granula – granula, vakuola, butir – butir kromatin dan eritrosit, berfungsi mencerna makanan dan menyimpan makanan. Di dalam nukleus terdapat nukleolus “endosom” atau “kariosom” dan letaknya ditengah – tengah. Halo, merupakan zona jernih yang mengelilingi kariosom. Selaput inti, meruapakan kromatin granula yang tersusun halus dan rata. Dengan melihat nukleus ini kita dapat mengidentifikasi genus dan spesies.

Bentuk prekista memiliki ektoplasma yang tidak kelihatan, pseudopodi pendek yang dibentuk secara perlahan – lahan dan memiliki bentuk trofozoit yang bulat serta merupakan stadium peralihan pada inkistasik. Stadium ini dalam keadaan pasif. Pada bentuk kista, nukleusnya mempunyai lensa yang terletak di tepi karena terdesak glikogen vakuola yang besar yang dikelilingi kromidial berbentuk batang. Dinding dibentuk dari ektoplasma dan berfungsi sebagai alat pelindung. Kista tidak bergerak dan tidak makan, kista berkembang biak dengan jalan membela, mula – mula kista berinti 1, kemudian berinti 2, selanjutnya berinti 4. Kista tersebut berfungsi infeksius dan biasanya tidak memiliki glikogen vakuola. Stadium kista merupakan stadium menular dan berperan sebagai penyebar penyakit disentri amebiasis.

 Morfologi Entamoeba Histolytica

Amoeba ini memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoitnya memiliki ciri-ciri morfologi :

a. Ukuran 10 – 60 μm
b. Sitoplasma bergranular dan mengandung eritrosit, yang merupakan penandapenting untuk diagnosisnya
c. Terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai dengan karyosom padat yang terletak di tengah inti, serta kromatin yang tersebar di pinggiran inti
d. Bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar, disebut pseudopodia.
Kista Entamoeba histolytica memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut:
a. Bentuk memadat mendekati bulat, ukuran 10-20 μm
b. Kista matang memiliki 4 buah inti entamoba
c. Tidak dijumpai lagi eritrosit di dalam sitoplasma
d. Kista yang belum ma-tang memiliki glikogen (chromatoidal bodies) berbentuk seperti cerutu, namun biasanya menghilang setelah kista matang.

Dalam peralihan bentuk trofozoit menjadi kista, ektoplasma memendek dan di dalam sitoplasma tidak dijumpai lagi eritrosit. Bentuk ini dikenal dengan istilah prekista (dulu disebut minuta). Bentuk prekista dari Entamoeba histolytica sangat mirip dengan bentuk trofozoit dari Entamoeba coli, spesies lainnya dari ameba usus. Pada pemeriksaan dengan cairan garam fisiologistrophozoite entamoeba histolytica mempuyai ukuran sekitar10-60µ.Trophozoite ini bergerak aktif dan progresif dengan jalan menonjolkan pseupodopinya.Di dalam sitoplasmanya sering di temukan butir-butir eritrositnya sebagai makanan protozoa ini,namun jarang sekali ditemukannya bakteri. Vakuolanya juga sulit terlihatpada pemeriksaan dengan cairan garam fisiologi begitu juga bentuk nukleusnya. TrophozoiteEntamoeba histolytika dapat di bedakan menjadi bentuk, yaitu bentuk yang invasive dan bentuk yang non invasive. Keduanya dapat di bedakan pada pemeriksaan mikroskop.

Entamoeba histolytica mempunyai tiga stadium, yaitu bentuk histolitika, minuta dan kista. Bentuk histolitika yang bersifat pathogen dan bentuk minuta yang merupakan bentuk esensial adalah bentuk trofozoit, sedangkan bentuk kista bukan merupakan bentuk pathogen tapi merupakan bentuk infektif. Dalam daur hidupya Entamoeba histolytica memiliki 3 stadium yaitu : Bentuk histolitika, Bentuk minuta, dan Bentuk kista.

 Siklus Hidup Entamoeba Histolytica

Description: C:\Users\nakbali\Desktop\sklus hidup.jpg

Gambar siklus hidup Entamoeba Histolytica
Siklus hidup dimulai dari manusia menelan makanan/minuman yang terkontaminasi oleh parasit tersebut, di lambung parasit tersebut tercerna, tinggal bentuk kista yang berinti empat (kista masak) yang tahan terhadap asam lambung masuk ke usus. Disini karena pengaruh enzym usus yang bersifat netral dan sedikit alkalis, dinding kista mulai melunak, ketika kista mencapai bagian bawah ileum atau caecum terjadi excystasi menjadi empat amoebulae. Amoebulae tersebut bergerak aktif, menginvasi jaringan dan membuat lesi di usus besar kemudian tumbuh menjadi trophozoit dan mengadakan multiplikasi disitu, proses ini terutama terjadi di caecum dan sigmoidorectal yang menjadi tempat habitatnya. Dalam pertumbuhannya amoeba ini mengeluarkan enzym proteolytic yang melisiskan jaringan disekitarnya kemudian jaringan yang mati tersebut diabsorpsi dan dijadikan makanan oleh amoeba tersebut. Amoeba yang menginvasi jaringan menjalar dari jaringan yang mati ke jaringan yang sehat, dengan jalan ini amoeba dapat memperluas dan memperdalam lesi yang ditimbulkannya, kemudian menyebar melalui cara percontinuitatum, hematogen ataupun lymphogen mengadakan metastase ke organ-organ lain dan menimbulkan amoebiasis di organ-organ tersebut. Metastase tersering adalah di hepar terutama lewat hematogen.




Setelah beberapa waktu oleh karena beberapa keadaan, kekuatan invasi dari parasit menurun juga dengan meningkatnya pertahanan dan toleransi dari host maka lesi mulai mengadakan perbaikan. Untuk meneruskan kelangsungan hidupnya mereka lalu mengadakan encystasi, membentuk kista yang mula-mula berinti satu, membelah menjadi dua, akhirnya menjadi berinti empat kemudian dikeluarkan bersama-sama tinja untuk membuat siklus hidup baru bila kista tersebut tertelan oleh manusia.

Parasit ini mengalami fase pre dan meta dalam daur hidupnya yaitu:

Trophozoit — Precyste — Cyste — Metacyste—– Metacyste Trophozoit.

Trophozoit yang mengandung beberapa nukleus (uni nucleate trophozoit) kadang tinggal di bagian bawah usus halus, tetapi lebih sering berada di colon dan rectum dari orang atau monyet serta melekat pada mukosa. Hewan mamalia lain seperti anjing dan kucing juga dapat terinfeksi. Trophozoit yang motil berukuran 18-30 um bersifat monopodial (satu pseudopodia besar). Cytoplasma yang terdiri dari endoplasma dan ektoplasma, berisi vakuola makanan termasuk erytrocyt, leucocyte, sel epithel dari hospes dan bakteria. Di dalam usus trophozoit membelah diri secara asexual. Trophozoit menyusup masuk ke dalam mukosa usus besar di antara sel epithel sambil mensekresi enzim proteolytik. Di dalam dinding usus tersebut trophozoit terbawa aliran darah menuju hati, paru, otak dan organ lain. Hati adalah organ yang paling sering diserang selain usus. Di dalam hati trophozoit memakan sel parenkim hati sehingga menyebabkan kerusakan hati. Invasi amoeba selain dalam jaringan usus disebut amoebiasis sekunder atau ekstra intestinal. Trophozoit dalam intestinal akan berubah bentuk menjadi precystic. Bentuknya akan mengecil dan berbentuk spheric dengan ukuran 3,5-20 um. Bentuk cyste yang matang mengandung kromatoid untuk menyimpan unsur nutrisi glycogen yang digunakan sebagai sumber energi. Cyste ini adalah bentuk inaktif yang akan keluar melalui feses.

Cyste sangat tahan terhadap bahan kimia tertentu. Cyste dalam air akan bertahan sampai 1 bulan, sedangkan dalam feses yang mengering dapat bertahan sampai 12 hari. Bila air minum atau makanan terkontaminasi oleh cyste E. histolytica, cyste akan masuk melalui saluran pencernaan menuju ileum dan terjadi excystasi, dinding cyste robek dan keluar amoeba “multinucleus metacystic” yang langsung membelah diri menjadi 8 uninucleat trophozoit muda disebut “amoebulae”. Amoebulae bergerak ke usus besar, makan dan tumbuh dan membelah diri asexual. Multiplikasi (perbanyakan diri) dari spesies ini terjadi dua kali dalam masa hidupnya yaitu: membelah diri dengan “binary fission” dalam usus pada fase trophozoit dan pembelahan nukleus yang diikuti dengan cytokinesis dalam cyste pada fase metacystic




Patologi dan Gejala klinis
Umumnya individu yang terinfeksi E.histolytica tidak memperlihatkan gejala klinis dan hospes dapat mengeleminasi parasit tanpa adanya penyakit, namun ada juga individu yang asimtomatik dapat berkembang menjadi simtomatik dalam waktu lebih dari 1 tahun, sehingga individu yang asimtomatik harus diobati agar tidak menjadi sumber penularan bagi sekelilingnya
Diare didahului dengan kontak antara stadium trofozoit E.histolytica dengan sel epitel kolon, melalui antigen Gal/Gal Nac-lectin yang terdapat pada permukaan stadium trofozoit. Antigen terdiri dari dua kompleks disulfida. Kedua rantai tersebut dihubungkan dengan protein. Sel epitel usus yang berikatan dengan stadium trofozoit E.histolytica  akan jadi immobile dalam beberapa menit, kemudian granula dan struktur sitoplasma menghilang yang diikuti dengan hancurnya inti sel. Proses ini diakibatkan oleh amoebapore, yang terdapat pada sitoplasma trofozoit E.histolytica . Amoebapores terdiri atas 3 rangkaian peptide rantai pendek dan dapat membuat pori-pori pada lapisan lemak bilayer. Selanjutnya invasi amuba ke dalam jaringan ekstrasel melalui sistein proteinase yang dikeluarkan trofozoit. Sisitein prteinase akan melisiskan matriks protein ekstrasel, sehingga invasi trofozoit ke jaringan submukosa akan mudah. Trofozoit akan menembus dan bersarang di submukosa sehingga membuat kerusakan yang lebih luas pada mukosa usus, akibatnya terjadi luka yang disebut ulkus ameba.
Bentuk klinis amebiasis yang dikenal adalah amebiasis intestinal (amebiasis usus, amebiasis kolon) dan amebiasis ekstra-intestinal.
Amebiasis intestinal (amebiasis usus, amebiasis kolon)
Amebiasis kolon akut
Gejala klinisnya adalah nyeri perut dan diare yang dapat berupa tinja cair, tinja berlendir atau tinja berdarah. Frekuensi diare dapat mencapai 10x/hari. Kadang disertai demam dan tidak napsu makan.
Amebiasis kolon menahun
Gejala klinisnya tidak begitu jelas. Biasanya terdapay gejala tidak enak di perut, diare yang diselingi dengan obstipasi. Dasar penyakit adalah radang usus besar dengan ulkus yang menggaung atau disebut juga colitis ulserosa amebic.
Komplikasi amebiasis intestinal dapat berupa acute necrotizing colitis, toxic megacolon, ameboma,amebiasis kutis dan ulkus perianal yang dapat membentuk fistula.
Amebiasis ekstraintesinal
Abses hati merupakan manifestasi ekstraintestinal paling sering ditemukan. Penderita memperlihatkan gejala demam, batuk, dan nyeri perut kuadran kanan atas. Bila permukaan diafragma hati terinfeksi, maka akan terasa nyeri pleura kanan atau nyeri yang menjalar sampai di bahu kanan. Terdapat juga gangguan gastrointestinal;mual,muntah,kejang otot perut,perut kembung,diare,konstipasi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan hepatomegali. Pada fase subakut  dapat ditemukan penurunan berat badan, demam, dan nyeri abdomen yang difus. Umumnya abses hati  terbentuk di lobus kanan hati, abses hati berisi nanah yang berwarna cokelat.
Pada penderita abses hati dapat ditemukan leukositosis dan peningkatan serum alkali fosfatase pada pemeriksaan darah. Selain dengan aliran darah,metastasis juga dapat dengan cara per kontinuinatum bila abses tidak diobati sehingga abses pecah.
Bahan uji : Bahan uji yang digunakan adalah  feses karena siklus hidupnya berada pada usus dan keluar melalui bersama feses.






















Baladium Coli.
Description: C:\Users\nakbali\Desktop\baladium coli.jpgMorfologi







Gambar : Baladium Coli
           Tropozoit berbentuk lonjong, ukuran 60-70 x 40-50 µm. Tubuh tertutup silia pendek, kecuali di daerah mulut silia lebih panjang (adoral cilia). Bagian anterior terdapat cekungan dinamakan peristom dan terdapat mulut (sitostom), tidak memiliki usus namun dibagian posterior memiliki anus (cy;cytoyge). Terdapat 2 inti yang terdiri dari makronukleus (maN;berbentuk ginjal) dan mikronukleus (miN;berbentuk bintik kecil) yang terdapat pada cekungan makronukleus. Terdapat vakuole makanan (berisi sisa makanan ; bakteri, leukosit, erithrosit, dll) dan vakuole kontraktil (cv)
            Kista berbentuk bulat, ukuran 50-60 µ, dinding dua lapis, sitoplasma bergranul, terdapat makro & mikronukleus serta sebuah badan refraktil. Tropozoit hidup dalam mukosa dan sub mukosa usus besar, terutama di daerah sekum bagian terminal daripada illeum. Bergerak ritmis dengan perantaraan cilia. Tropozoit tidak dapat lama hidup di luar badan, tetapi kista tetap hidup selama beberapa minggu. Kista yang dapat hidup di luar badan adalah bentuk infektif. Bila tertelan oleh hospes baru, maka dinding kista hancur dan trofozoit yang dilepaskan masuk dinding usus, dan memperbanyak diri.
Description: C:\Users\nakbali\Desktop\baladium.png Siklus Hidup





Text Box: Gambar : Siklus hidup Baladium Coli 


            Balantidium coli seperti yang terlihat di sebuah gunung basah dari contoh kotoran. The organism is surrounded by cilia Organisme yang dikelilingi oleh bulu mata.
            Stadium kista dan tropozoit dapat berlangsung di dalam satu jenis hospes. Hospes alamiah adalah babi, dan manusia merupakan  hospes insidentil. Jika kista infektif tertelan di dalam usus besar akan berubah menjadi bentuk tropozoit. Di lumen usus atau dalam submukosa usus, tropozoit tumbuh dan memperbanyak diri (multiplikasi). Jika lingkungan usus kurang sesuai bagi tropozoit akan berubah menjadi kista.
             
Stadium kista parasit yang bertanggung jawab dalam proses penularan balantidiasis (1).  Umumnya kista tertelan melalui kontaminasi pada makanan dan air
(2).  Setelah tertelan, terjadi excystation pada usus halus, dan tropozoit berkoloni di usus besar
(3)Tropozoit dalam lumen usus besar binatang dan manusia, dimana memperbanyak diri dengan cara pembelahan binary fission
(4).  Tropozoit menjadi kista infektif
(5).  Beberapa tropozoit menginvasi ke dinding usus besar dan berkembang, beberapa kembali ke lumen dan memisahkan diri.  Kista matang keluar bersama tinja
.Patologi dan Gejala Klinis
            Pada umumnya balantidiasis tidak menampakkan gejala klinis, dan infeksi pada manusia terjadi karena makan kista infektif yang tertelan bersama air atau makanan yang telah tercemar tinja babi atau penderita lainnya. Pada usus besar (utamanya) menimbulkan ulserasi, sehingga menimbulkan perdarahan dan pembentukan lendir di tinja penderita. Penderita tidak mengalami demam pada kasus balantidiosis usus besar.
            Mukosa dan submukosa usus diinvasi dan dirusak oleh jasad yang memperbanyak diri. Invasi berhasil dengan bantuan fermen-fermen sitolitik dan penerobosan secara mekanik. Parasit memperbanyak diri dengan membentuk sarang dan abses kecil yang kemudian pecah menjadi ulkus yang lonjong dan tidak teratur dengan pinggiran merah yang menggaung. Dengan kelainan mulai dari hiperemi cataral yang sederhana sampai pada ulkus yang jelas. Masing-masing tukak mungkin terpisah dengan mukosa yang normal atau hiperemik di antaranya atau ulkus-ulkus itu menjadi satu dengan sinus-sinus yang saling berhubungan.
            Pada semua kasus berakibat fatal terdapat ulkus multipel dan difus dan terdapat gangren. Sediaan histologik menunjukkan daerah-daerah hemoragik, infiltrasi sel bulat, abses, ulkus nekrotik, dan terdapat invasi parasit, reaksi utama ialah sel inti satu yang menyolok kecuali bila ada infeksi bakteri yang sekunder. Pada waktu eksaserbasi pada infeksi yang kronis terdapat ulkus-ulkus kecil dan tidak jelas. Mukosa mengalami peradangan merata dan mungkin terdapat daerah-daerah kecil yang diliputi suatu membran dan di bawahnya ada jaringan yang terkelupas. Pada infeksi sedang yang akut mungkin terdapat tinja yang encer sebanyak 6 - 15 x sehari dengan lendir, darah dan nanah. Pada keadaan kronis mungkin terdapat diare yang timbul-hilang diselingi oleh konstipasi, nyeri pada colon, anemi dan cachexia.
            Banyak infeksi berjalan tanpa gejala, dan prognosis tergantung pada hebatnya infeksi dan reaksi terhadap terapi. Prognosis baik pada infeksi tanpa gejala dan pada infeksi kronis. Balantidiasis tidak berhasil menyerbu hati. Jumlah infeksi yang kecil dan kegagalan untuk menimbulkan infeksi secara eksperimen, menunjukkan kekebalan bawaan yang tinggi pada manusia.
Bahan uji : Bahan uji yang digunakan adalah  feses karena siklus hidupnya berada pada usus dan keluar melalui bersama feses.





















Giardia Lamblia
Giardia lamblia adalah salah satu protozoa penyebab infeksi pada saluran pencernaan manusia. Protozoa ini ditemukan pertama kali oleh Leuwenhoek  tahun 1681 pada fesesnya sendiri. Nama lain dari Giardia lamblia adalah Lamblia intestinalis atau Giardia doudenalis. Selain menyerang saluran pencernaan manusia, protozoa flagellata ini dapat pula menyerang kucing, anjing, burung, sapi, berang-berang, rusa dan domba.
Description: C:\Users\nakbali\Desktop\gl.jpgMorfologi






Gambar : Giardia Lamblia
Bentuk dan bagian-bagian Giardia lamblia

ropozoit Giardia lamblia berbentuk bilateral simetris seperti buah jambu monyet, bagian anterior tampak membulat dan bagian posterior meruncing. Ukuran panjangnya 10-20 mikron dengan diameter 7-10 mikron. Di bagian anterior terdapat sepasang inti berbentuk oval. Di bagian ventral anterior terdapat dua batang batil isap (parabasal) berbentuk seperti cakram cekung yang berfungsi untuk perlekatan di permukaan sel epithel usus. Tropozoit mempunyai 8 flagel, sehingga bersifat motil. Giardia lamblia tidak mempunyai mitokondria, peroxisome, hydrogenisomes, atau organel subseluler lain untuk metabolisme energi.
Kista Giardia lamblia berbentuk oval berukuran 8-12 mikron dan mempunyai dinding yang tipis dan kuat dengan sitoplasma berbutir halus. Kista yang baru terbentuk mempunyai dua inti sedangkan kista matang mempunyai empat inti dan terletak di satu kutub.

Manifestasi dan gejala infeksi / patologi
Melekatnya Giardia lamblia pada sel epitel usus halus tidak selalu menimbulkan gejala / asimtomatik  dan sebagian besar dari mereka menjadi pembawa (carier).
Parasit Giardia lamblia ini menambatkan dirinya ke epithelium usus halus hospes melalui cakram berperekat di perutnya dan berreproduksi melalui pembelahan biner. Protozoa tidak merusak sel hospes, tetapi memakan / menyerap nutrisi dari lumen (dinding dalam) usus kecil dan hidup secara anaerob (tidak memerlukan oksigen). Karena penyerapan nutrisi oleh protozoa ini, maka terjadi penghambatan absorpsi lemak dan unsur nutrisi lain oleh tubuh hospes (villous atrophia), sehingga dapat menyebabkan penurunan berat badan penderita serta menyebabkan radang usus.
Tetapi ada beberapa kasus orang yang peka terhadap infeksi ini dimana sekresi mukosa menjadi berlebihan sehingga menyebabkan diare, dehidrasi, sakit perut dan penurunan berat badan. Feses terlihat berlemak tetapi tidak ditemukan darah.
Giardiasis biasanya tidak tersebar melalui darah dan tidak menyebar ke bagian sistem pencernaan lainnya namun tetap berada di usus kecil. Tetapi dalam kondisi tertentu tropozoit dapat menginvasi jaringan seperti kandung empedu dan saluran kemih. Jika empedu terserang protozoa dapat menyebabkan jaundice(penyakit kuning/ekterus) dan sakit perut/colic. Penyakit ini tidak berakibat fatal, tetapi sangat mengganggu.

Gejala Giardiasis
Gejala klinik pada anak serupa dengan pada orang dewasa. Konsekwensi yang paling sering dilaporkan dan berpotensi menjadi serius adalah insufisiensi nutrisi pada bayi dan anak. Insufisiensi nutrisi dapat memiliki efek buruk pada pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak.
 Gejala giardiasis diantaranya ;

·         Diare
·         Rasa tidak nyaman di perut
·         Buang gas yang berlebihan (berbau busuk)
·         Bersendawa dengan bau seperti belerang yang menyebabkan seseorang ingin muak dan    muntah
·         Steatorrhoea (feses berwarna pucat,berbau busuk dan licin)
·         Nyeri pada daerah epigastic(antara dada dan perut)
·         Perut sering kembung
·         Mual
·         Kurang nafsu makan
·         Mungkin (jarang) muntah-muntah yang banyak
·         Kehilangan berat badan
·         Pus, lendir dan darah yang tidak biasa pada feses
Di dalam tubuh yang sehat, biasanya tubuh dapat membatasi infeksi secara alami. Sedangkan pada pasien yang immunocompromised  (kekurangan kekebalan tubuh), infeksi dapat berlangsung lama. Orang yamg mengalami giardiasis berulang umumnya memiliki kekurangan IgA, dan dapat berkembang menjadi penyakit kronis. Kekurangan lactase juga dapat mengembangkan suatu infeksi giardia, namun ini biasanya tidak berlangsung lebih dari beberapa minggu dan pemulihan penuh akan terjadi kemudian.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa Giardiasis harus dianggap sebagai penyakit kekurangan vitamin B12, ini akibat dari masalah-masalah yang disebabkannya di dalam sistem penyerapan usus.
Description: C:\Users\nakbali\Desktop\giardia lmblia.jpgSiklus hidup  Gairdia Lamblia








Gambar : Siklus hidup Giardia Lamblia

Giardiasis menular melalui oral yaitu dengan proses menelan air minum, makanan atau oleh rute faecal-oral ( bisa melalui tangan yang terkontaminasi maupun melalui praktek seks yang melibatkan lidah dan anus). Kista Giardia dapat bertahan di air hangat selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Karenanya protozoa ini dapat ditemukan di air sumur, sumber air tergenang seperti kolam alami dan bahkan sumber air yang terlihat bersih dan jernih di gunung/pegunungan.
Giardia lamblia hidup dalam usus halus manusia, yaitu bagian doudenum, jejenum dan bagian atas dari ileum, dan kadang-kadang disaluran dan kandung empedu. Protozoa ini melekatkan dirinya pada permukaan epithel usus. Protozoa dapat berenang dengan cepat menggunakan flagellanya.
Infeksi dimulai ketika seorang teringesti bentuk kista. Ekskistasi terjadi setelah kista secara terpajan oleh HCL dan enzym pankreas saat melewati lambung dan usus halus. Ekskistasi merupakan aktivasi kista berinti empat untuk mengeluarkan parasit motil yang kemudian membelah menjadi dua tropozoit. Tropozoit motil tersebut menempel di permukaan sel epitel usus dengan menggunakan batil isap. Setelah melekat pada sel epitel, organisma tsb akan berkembang dengan cara belah pasang longitudinal.
Sebagian tropozoit akan mengalami enkistasi saat menuju kolon. Kondisi yang dapat menstimulasi proses ini tidak diketa
hui secara pasti, tetapi secara invitro enkistasi dapat diinduksi oleh pajanan terhadap empedu dan peningkatan pH setelah enkistasi. Parasit tersebut akan keluar bersama feses.
Kista resisten terhadap penggunaan kimia ringan seperti barklorin dan pendidihan air serta tahan dalam air dingin sampai berbulan-bulan. Kista dapat dimusnahkan dengan pembekuan dan pengeringan.
Pada seorang yang menderita berat, dapat ditemukan 14 milyard parasit dalam fesesnya, sedangkan pada infeksi sedang ditemukan sekitar 300 juta kista.
Dalam usus halus dimana isi usus berbentuk cairan, parasit ditemukan dalam bentuk tropozoit, tetapi setelah masuk ke dalam colon parasit akan berubah jadi kista. Pertama-tama flagella memendek, cytoplasma mengental dan dinding menebal, kemudian kista keluar melalui feses. Pada awal terbentuknya kista ditemukan dua neukloi, setelah satu jam kemudian ditemukan 4 nukleoli. Bila kista tertelan hospes maka kista tersebut langsung masuk ke doudenum, flagella tumbuk dan terbentuk tropozoit kembali.

Bahan uji : Bahan uji yang digunakan adalah  feses karena siklus hidupnya berada pada usus dan keluar melalui bersama feses.




No comments:

Post a Comment