Nama
parasit : Entamoeba Histolytica
Entamoeba histolytica adalah protozoa parasit, bagian dari genus Entamoeba. Protozoa ini menginfeksi manusia dan primata lainnya. E. histolytica diperkirakan telah menginfeksi sekitar 50 juta orang di seluruh dunia. Losch, di Rusia (1875), ditemukan pada tinja seseorang yang terkena disentri. Organisme ini ditemukan di ulkus usus besar manusia.
Morfologi dan Siklus Hidup Entamoeba Histolytica
Entamoeba histolytica adalah protozoa parasit, bagian dari genus Entamoeba. Protozoa ini menginfeksi manusia dan primata lainnya. E. histolytica diperkirakan telah menginfeksi sekitar 50 juta orang di seluruh dunia. Losch, di Rusia (1875), ditemukan pada tinja seseorang yang terkena disentri. Organisme ini ditemukan di ulkus usus besar manusia.
Morfologi dan Siklus Hidup Entamoeba Histolytica
Gambar : Entamoeba histolytica
Entamoeba histolytica memiliki tiga bentuk, yaitu trofozoit, prekista, dan kista. Bentuk trofozoit merupakan bentuk invasif dan umumnya terdapat di usus besar (dalam jaringan mukosa atau submukosa), sedangkan kista berada di lumen usus. Entamoeba histolytica dalam bentuk trofozoit mampu bertahan selama 5 jam dalam suhu 37οC, 16 jam dalam suhu 25οC, 96 jam dalam suhu 5οC. Sedangkan bentuk kista dapat bertahan selama 2 hari dalam suhu 37οC, 7 jam dalam suhu 28οC, dan dalam 15 – 30 menit pada 4ppm chlor. Penderita terinfeksi oleh Entamoeba histolytica karena tertular bentuk kista matang berinti empat. Proses reproduksi Entamoeba histolytica adalah dengan cara :
a. Eksistasi, kista berinti empat yang masuk ke dalam tubuh membentuk delapan amubula kemudian menjadi bentuk trofozoit, proses ini terjadi di sekum/ileum.
b. Enkistasi, dari bentuk tofozoit menjadi kista.
c. Multiplikasi, terjadinya pembelahan dari trofozoit.
Bentuk trofozoit berukuran antara 15 – 60 μm dan memiliki ektoplasma, berwarna jernih dan homogen, berfungsi untuk pergerakan (pseudopodi), menangkap makanan dan membuang sisa – sisa makanan, sebagai alat pernapasan, dan alat proteksi. Endoplasma berwarna keruh, didalamnya banyak terdapat granula – granula, vakuola, butir – butir kromatin dan eritrosit, berfungsi mencerna makanan dan menyimpan makanan. Di dalam nukleus terdapat nukleolus “endosom” atau “kariosom” dan letaknya ditengah – tengah. Halo, merupakan zona jernih yang mengelilingi kariosom. Selaput inti, meruapakan kromatin granula yang tersusun halus dan rata. Dengan melihat nukleus ini kita dapat mengidentifikasi genus dan spesies.
Bentuk prekista memiliki ektoplasma yang tidak kelihatan, pseudopodi pendek yang dibentuk secara perlahan – lahan dan memiliki bentuk trofozoit yang bulat serta merupakan stadium peralihan pada inkistasik. Stadium ini dalam keadaan pasif. Pada bentuk kista, nukleusnya mempunyai lensa yang terletak di tepi karena terdesak glikogen vakuola yang besar yang dikelilingi kromidial berbentuk batang. Dinding dibentuk dari ektoplasma dan berfungsi sebagai alat pelindung. Kista tidak bergerak dan tidak makan, kista berkembang biak dengan jalan membela, mula – mula kista berinti 1, kemudian berinti 2, selanjutnya berinti 4. Kista tersebut berfungsi infeksius dan biasanya tidak memiliki glikogen vakuola. Stadium kista merupakan stadium menular dan berperan sebagai penyebar penyakit disentri amebiasis.
Morfologi Entamoeba Histolytica
Amoeba ini memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoitnya memiliki ciri-ciri morfologi :
a. Ukuran 10 – 60 μm
b. Sitoplasma bergranular dan mengandung eritrosit, yang merupakan penandapenting untuk diagnosisnya
c. Terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai dengan karyosom padat yang terletak di tengah inti, serta kromatin yang tersebar di pinggiran inti
d. Bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar, disebut pseudopodia.
Entamoeba histolytica memiliki tiga bentuk, yaitu trofozoit, prekista, dan kista. Bentuk trofozoit merupakan bentuk invasif dan umumnya terdapat di usus besar (dalam jaringan mukosa atau submukosa), sedangkan kista berada di lumen usus. Entamoeba histolytica dalam bentuk trofozoit mampu bertahan selama 5 jam dalam suhu 37οC, 16 jam dalam suhu 25οC, 96 jam dalam suhu 5οC. Sedangkan bentuk kista dapat bertahan selama 2 hari dalam suhu 37οC, 7 jam dalam suhu 28οC, dan dalam 15 – 30 menit pada 4ppm chlor. Penderita terinfeksi oleh Entamoeba histolytica karena tertular bentuk kista matang berinti empat. Proses reproduksi Entamoeba histolytica adalah dengan cara :
a. Eksistasi, kista berinti empat yang masuk ke dalam tubuh membentuk delapan amubula kemudian menjadi bentuk trofozoit, proses ini terjadi di sekum/ileum.
b. Enkistasi, dari bentuk tofozoit menjadi kista.
c. Multiplikasi, terjadinya pembelahan dari trofozoit.
Bentuk trofozoit berukuran antara 15 – 60 μm dan memiliki ektoplasma, berwarna jernih dan homogen, berfungsi untuk pergerakan (pseudopodi), menangkap makanan dan membuang sisa – sisa makanan, sebagai alat pernapasan, dan alat proteksi. Endoplasma berwarna keruh, didalamnya banyak terdapat granula – granula, vakuola, butir – butir kromatin dan eritrosit, berfungsi mencerna makanan dan menyimpan makanan. Di dalam nukleus terdapat nukleolus “endosom” atau “kariosom” dan letaknya ditengah – tengah. Halo, merupakan zona jernih yang mengelilingi kariosom. Selaput inti, meruapakan kromatin granula yang tersusun halus dan rata. Dengan melihat nukleus ini kita dapat mengidentifikasi genus dan spesies.
Bentuk prekista memiliki ektoplasma yang tidak kelihatan, pseudopodi pendek yang dibentuk secara perlahan – lahan dan memiliki bentuk trofozoit yang bulat serta merupakan stadium peralihan pada inkistasik. Stadium ini dalam keadaan pasif. Pada bentuk kista, nukleusnya mempunyai lensa yang terletak di tepi karena terdesak glikogen vakuola yang besar yang dikelilingi kromidial berbentuk batang. Dinding dibentuk dari ektoplasma dan berfungsi sebagai alat pelindung. Kista tidak bergerak dan tidak makan, kista berkembang biak dengan jalan membela, mula – mula kista berinti 1, kemudian berinti 2, selanjutnya berinti 4. Kista tersebut berfungsi infeksius dan biasanya tidak memiliki glikogen vakuola. Stadium kista merupakan stadium menular dan berperan sebagai penyebar penyakit disentri amebiasis.
Morfologi Entamoeba Histolytica
Amoeba ini memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoitnya memiliki ciri-ciri morfologi :
a. Ukuran 10 – 60 μm
b. Sitoplasma bergranular dan mengandung eritrosit, yang merupakan penandapenting untuk diagnosisnya
c. Terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai dengan karyosom padat yang terletak di tengah inti, serta kromatin yang tersebar di pinggiran inti
d. Bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar, disebut pseudopodia.
Kista
Entamoeba histolytica memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut:
a. Bentuk memadat mendekati bulat, ukuran 10-20 μm
b. Kista matang memiliki 4 buah inti entamoba
c. Tidak dijumpai lagi eritrosit di dalam sitoplasma
d. Kista yang belum ma-tang memiliki glikogen (chromatoidal bodies) berbentuk seperti cerutu, namun biasanya menghilang setelah kista matang.
Dalam peralihan bentuk trofozoit menjadi kista, ektoplasma memendek dan di dalam sitoplasma tidak dijumpai lagi eritrosit. Bentuk ini dikenal dengan istilah prekista (dulu disebut minuta). Bentuk prekista dari Entamoeba histolytica sangat mirip dengan bentuk trofozoit dari Entamoeba coli, spesies lainnya dari ameba usus. Pada pemeriksaan dengan cairan garam fisiologistrophozoite entamoeba histolytica mempuyai ukuran sekitar10-60µ.Trophozoite ini bergerak aktif dan progresif dengan jalan menonjolkan pseupodopinya.Di dalam sitoplasmanya sering di temukan butir-butir eritrositnya sebagai makanan protozoa ini,namun jarang sekali ditemukannya bakteri. Vakuolanya juga sulit terlihatpada pemeriksaan dengan cairan garam fisiologi begitu juga bentuk nukleusnya. TrophozoiteEntamoeba histolytika dapat di bedakan menjadi bentuk, yaitu bentuk yang invasive dan bentuk yang non invasive. Keduanya dapat di bedakan pada pemeriksaan mikroskop.
Entamoeba histolytica mempunyai tiga stadium, yaitu bentuk histolitika, minuta dan kista. Bentuk histolitika yang bersifat pathogen dan bentuk minuta yang merupakan bentuk esensial adalah bentuk trofozoit, sedangkan bentuk kista bukan merupakan bentuk pathogen tapi merupakan bentuk infektif. Dalam daur hidupya Entamoeba histolytica memiliki 3 stadium yaitu : Bentuk histolitika, Bentuk minuta, dan Bentuk kista.
a. Bentuk memadat mendekati bulat, ukuran 10-20 μm
b. Kista matang memiliki 4 buah inti entamoba
c. Tidak dijumpai lagi eritrosit di dalam sitoplasma
d. Kista yang belum ma-tang memiliki glikogen (chromatoidal bodies) berbentuk seperti cerutu, namun biasanya menghilang setelah kista matang.
Dalam peralihan bentuk trofozoit menjadi kista, ektoplasma memendek dan di dalam sitoplasma tidak dijumpai lagi eritrosit. Bentuk ini dikenal dengan istilah prekista (dulu disebut minuta). Bentuk prekista dari Entamoeba histolytica sangat mirip dengan bentuk trofozoit dari Entamoeba coli, spesies lainnya dari ameba usus. Pada pemeriksaan dengan cairan garam fisiologistrophozoite entamoeba histolytica mempuyai ukuran sekitar10-60µ.Trophozoite ini bergerak aktif dan progresif dengan jalan menonjolkan pseupodopinya.Di dalam sitoplasmanya sering di temukan butir-butir eritrositnya sebagai makanan protozoa ini,namun jarang sekali ditemukannya bakteri. Vakuolanya juga sulit terlihatpada pemeriksaan dengan cairan garam fisiologi begitu juga bentuk nukleusnya. TrophozoiteEntamoeba histolytika dapat di bedakan menjadi bentuk, yaitu bentuk yang invasive dan bentuk yang non invasive. Keduanya dapat di bedakan pada pemeriksaan mikroskop.
Entamoeba histolytica mempunyai tiga stadium, yaitu bentuk histolitika, minuta dan kista. Bentuk histolitika yang bersifat pathogen dan bentuk minuta yang merupakan bentuk esensial adalah bentuk trofozoit, sedangkan bentuk kista bukan merupakan bentuk pathogen tapi merupakan bentuk infektif. Dalam daur hidupya Entamoeba histolytica memiliki 3 stadium yaitu : Bentuk histolitika, Bentuk minuta, dan Bentuk kista.
Siklus Hidup
Entamoeba Histolytica
Gambar siklus hidup
Entamoeba Histolytica
Siklus
hidup dimulai dari manusia menelan makanan/minuman yang terkontaminasi oleh
parasit tersebut, di lambung parasit tersebut tercerna, tinggal bentuk kista
yang berinti empat (kista masak) yang tahan terhadap asam lambung masuk ke
usus. Disini karena pengaruh enzym usus yang bersifat netral dan sedikit
alkalis, dinding kista mulai melunak, ketika kista mencapai bagian bawah ileum
atau caecum terjadi excystasi menjadi empat amoebulae. Amoebulae tersebut
bergerak aktif, menginvasi jaringan dan membuat lesi di usus besar kemudian
tumbuh menjadi trophozoit dan mengadakan multiplikasi disitu, proses ini terutama
terjadi di caecum dan sigmoidorectal yang menjadi tempat habitatnya. Dalam
pertumbuhannya amoeba ini mengeluarkan enzym proteolytic yang melisiskan
jaringan disekitarnya kemudian jaringan yang mati tersebut diabsorpsi dan
dijadikan makanan oleh amoeba tersebut. Amoeba yang menginvasi jaringan
menjalar dari jaringan yang mati ke jaringan yang sehat, dengan jalan ini
amoeba dapat memperluas dan memperdalam lesi yang ditimbulkannya, kemudian
menyebar melalui cara percontinuitatum, hematogen ataupun lymphogen mengadakan
metastase ke organ-organ lain dan menimbulkan amoebiasis di organ-organ
tersebut. Metastase tersering adalah di hepar terutama lewat hematogen.
Setelah
beberapa waktu oleh karena beberapa keadaan, kekuatan invasi dari parasit
menurun juga dengan meningkatnya pertahanan dan toleransi dari host maka lesi
mulai mengadakan perbaikan. Untuk meneruskan kelangsungan hidupnya mereka lalu
mengadakan encystasi, membentuk kista yang mula-mula berinti satu, membelah
menjadi dua, akhirnya menjadi berinti empat kemudian dikeluarkan bersama-sama
tinja untuk membuat siklus hidup baru bila kista tersebut tertelan oleh
manusia.
Parasit ini mengalami fase pre dan meta dalam daur hidupnya yaitu:
Trophozoit — Precyste — Cyste — Metacyste—– Metacyste Trophozoit.
Trophozoit yang mengandung beberapa nukleus (uni nucleate trophozoit) kadang tinggal di bagian bawah usus halus, tetapi lebih sering berada di colon dan rectum dari orang atau monyet serta melekat pada mukosa. Hewan mamalia lain seperti anjing dan kucing juga dapat terinfeksi. Trophozoit yang motil berukuran 18-30 um bersifat monopodial (satu pseudopodia besar). Cytoplasma yang terdiri dari endoplasma dan ektoplasma, berisi vakuola makanan termasuk erytrocyt, leucocyte, sel epithel dari hospes dan bakteria. Di dalam usus trophozoit membelah diri secara asexual. Trophozoit menyusup masuk ke dalam mukosa usus besar di antara sel epithel sambil mensekresi enzim proteolytik. Di dalam dinding usus tersebut trophozoit terbawa aliran darah menuju hati, paru, otak dan organ lain. Hati adalah organ yang paling sering diserang selain usus. Di dalam hati trophozoit memakan sel parenkim hati sehingga menyebabkan kerusakan hati. Invasi amoeba selain dalam jaringan usus disebut amoebiasis sekunder atau ekstra intestinal. Trophozoit dalam intestinal akan berubah bentuk menjadi precystic. Bentuknya akan mengecil dan berbentuk spheric dengan ukuran 3,5-20 um. Bentuk cyste yang matang mengandung kromatoid untuk menyimpan unsur nutrisi glycogen yang digunakan sebagai sumber energi. Cyste ini adalah bentuk inaktif yang akan keluar melalui feses.
Cyste sangat tahan terhadap bahan kimia tertentu. Cyste dalam air akan bertahan sampai 1 bulan, sedangkan dalam feses yang mengering dapat bertahan sampai 12 hari. Bila air minum atau makanan terkontaminasi oleh cyste E. histolytica, cyste akan masuk melalui saluran pencernaan menuju ileum dan terjadi excystasi, dinding cyste robek dan keluar amoeba “multinucleus metacystic” yang langsung membelah diri menjadi 8 uninucleat trophozoit muda disebut “amoebulae”. Amoebulae bergerak ke usus besar, makan dan tumbuh dan membelah diri asexual. Multiplikasi (perbanyakan diri) dari spesies ini terjadi dua kali dalam masa hidupnya yaitu: membelah diri dengan “binary fission” dalam usus pada fase trophozoit dan pembelahan nukleus yang diikuti dengan cytokinesis dalam cyste pada fase metacystic
Parasit ini mengalami fase pre dan meta dalam daur hidupnya yaitu:
Trophozoit — Precyste — Cyste — Metacyste—– Metacyste Trophozoit.
Trophozoit yang mengandung beberapa nukleus (uni nucleate trophozoit) kadang tinggal di bagian bawah usus halus, tetapi lebih sering berada di colon dan rectum dari orang atau monyet serta melekat pada mukosa. Hewan mamalia lain seperti anjing dan kucing juga dapat terinfeksi. Trophozoit yang motil berukuran 18-30 um bersifat monopodial (satu pseudopodia besar). Cytoplasma yang terdiri dari endoplasma dan ektoplasma, berisi vakuola makanan termasuk erytrocyt, leucocyte, sel epithel dari hospes dan bakteria. Di dalam usus trophozoit membelah diri secara asexual. Trophozoit menyusup masuk ke dalam mukosa usus besar di antara sel epithel sambil mensekresi enzim proteolytik. Di dalam dinding usus tersebut trophozoit terbawa aliran darah menuju hati, paru, otak dan organ lain. Hati adalah organ yang paling sering diserang selain usus. Di dalam hati trophozoit memakan sel parenkim hati sehingga menyebabkan kerusakan hati. Invasi amoeba selain dalam jaringan usus disebut amoebiasis sekunder atau ekstra intestinal. Trophozoit dalam intestinal akan berubah bentuk menjadi precystic. Bentuknya akan mengecil dan berbentuk spheric dengan ukuran 3,5-20 um. Bentuk cyste yang matang mengandung kromatoid untuk menyimpan unsur nutrisi glycogen yang digunakan sebagai sumber energi. Cyste ini adalah bentuk inaktif yang akan keluar melalui feses.
Cyste sangat tahan terhadap bahan kimia tertentu. Cyste dalam air akan bertahan sampai 1 bulan, sedangkan dalam feses yang mengering dapat bertahan sampai 12 hari. Bila air minum atau makanan terkontaminasi oleh cyste E. histolytica, cyste akan masuk melalui saluran pencernaan menuju ileum dan terjadi excystasi, dinding cyste robek dan keluar amoeba “multinucleus metacystic” yang langsung membelah diri menjadi 8 uninucleat trophozoit muda disebut “amoebulae”. Amoebulae bergerak ke usus besar, makan dan tumbuh dan membelah diri asexual. Multiplikasi (perbanyakan diri) dari spesies ini terjadi dua kali dalam masa hidupnya yaitu: membelah diri dengan “binary fission” dalam usus pada fase trophozoit dan pembelahan nukleus yang diikuti dengan cytokinesis dalam cyste pada fase metacystic
Patologi dan Gejala
klinis
Umumnya
individu yang terinfeksi E.histolytica tidak memperlihatkan
gejala klinis dan hospes dapat mengeleminasi parasit tanpa adanya penyakit,
namun ada juga individu yang asimtomatik dapat berkembang menjadi simtomatik
dalam waktu lebih dari 1 tahun, sehingga individu yang asimtomatik harus
diobati agar tidak menjadi sumber penularan bagi sekelilingnya
Diare
didahului dengan kontak antara stadium trofozoit E.histolytica dengan
sel epitel kolon, melalui antigen Gal/Gal Nac-lectin yang
terdapat pada permukaan stadium trofozoit. Antigen terdiri dari dua kompleks
disulfida. Kedua rantai tersebut dihubungkan dengan protein. Sel epitel usus
yang berikatan dengan stadium trofozoit E.histolytica akan
jadi immobile dalam beberapa menit, kemudian granula dan
struktur sitoplasma menghilang yang diikuti dengan hancurnya inti sel. Proses
ini diakibatkan oleh amoebapore, yang terdapat pada sitoplasma
trofozoit E.histolytica . Amoebapores terdiri atas 3 rangkaian
peptide rantai pendek dan dapat membuat pori-pori pada lapisan lemak bilayer.
Selanjutnya invasi amuba ke dalam jaringan ekstrasel melalui sistein proteinase
yang dikeluarkan trofozoit. Sisitein prteinase akan melisiskan matriks protein
ekstrasel, sehingga invasi trofozoit ke jaringan submukosa akan mudah.
Trofozoit akan menembus dan bersarang di submukosa sehingga membuat kerusakan
yang lebih luas pada mukosa usus, akibatnya terjadi luka yang disebut ulkus
ameba.
Bentuk klinis amebiasis
yang dikenal adalah amebiasis intestinal (amebiasis usus, amebiasis kolon) dan
amebiasis ekstra-intestinal.
Amebiasis intestinal
(amebiasis usus, amebiasis kolon)
Amebiasis kolon akut
Gejala klinisnya adalah
nyeri perut dan diare yang dapat berupa tinja cair, tinja berlendir atau tinja
berdarah. Frekuensi diare dapat mencapai 10x/hari. Kadang disertai demam dan
tidak napsu makan.
Amebiasis kolon menahun
Gejala klinisnya tidak
begitu jelas. Biasanya terdapay gejala tidak enak di perut, diare yang
diselingi dengan obstipasi. Dasar penyakit adalah radang usus besar dengan
ulkus yang menggaung atau disebut juga colitis ulserosa amebic.
Komplikasi amebiasis
intestinal dapat berupa acute necrotizing colitis, toxic
megacolon, ameboma,amebiasis kutis dan ulkus perianal yang dapat
membentuk fistula.
Amebiasis
ekstraintesinal
Abses
hati merupakan manifestasi ekstraintestinal paling sering ditemukan. Penderita
memperlihatkan gejala demam, batuk, dan nyeri perut kuadran kanan atas. Bila
permukaan diafragma hati terinfeksi, maka akan terasa nyeri pleura kanan atau
nyeri yang menjalar sampai di bahu kanan. Terdapat juga gangguan
gastrointestinal;mual,muntah,kejang otot perut,perut kembung,diare,konstipasi.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan hepatomegali. Pada fase subakut dapat
ditemukan penurunan berat badan, demam, dan nyeri abdomen yang difus. Umumnya
abses hati terbentuk di lobus kanan hati, abses hati berisi nanah yang
berwarna cokelat.
Pada
penderita abses hati dapat ditemukan leukositosis dan peningkatan serum alkali
fosfatase pada pemeriksaan darah. Selain dengan aliran darah,metastasis juga
dapat dengan cara per kontinuinatum bila abses tidak diobati sehingga abses
pecah.
Bahan uji : Bahan uji
yang digunakan adalah feses karena
siklus hidupnya berada pada usus dan keluar melalui bersama feses.
Baladium Coli.
Morfologi
Gambar : Baladium Coli
Tropozoit berbentuk lonjong, ukuran
60-70 x 40-50 µm. Tubuh tertutup silia pendek, kecuali di daerah mulut silia
lebih panjang (adoral cilia). Bagian anterior terdapat cekungan
dinamakan peristom dan terdapat mulut (sitostom), tidak memiliki usus namun
dibagian posterior memiliki anus (cy;cytoyge). Terdapat 2 inti yang
terdiri dari makronukleus (maN;berbentuk ginjal) dan mikronukleus (miN;berbentuk
bintik kecil) yang terdapat pada cekungan makronukleus. Terdapat vakuole
makanan (berisi sisa makanan ; bakteri, leukosit, erithrosit, dll) dan vakuole
kontraktil (cv)
Kista berbentuk bulat, ukuran 50-60 µ, dinding dua lapis, sitoplasma bergranul,
terdapat makro & mikronukleus serta sebuah badan refraktil. Tropozoit hidup
dalam mukosa dan sub mukosa usus besar, terutama di daerah sekum bagian
terminal daripada illeum. Bergerak ritmis dengan perantaraan cilia. Tropozoit
tidak dapat lama hidup di luar badan, tetapi kista tetap hidup selama beberapa
minggu. Kista yang dapat hidup di luar badan adalah bentuk infektif. Bila
tertelan oleh hospes baru, maka dinding kista hancur dan trofozoit yang
dilepaskan masuk dinding usus, dan memperbanyak diri.
Siklus Hidup
Balantidium coli seperti yang terlihat di sebuah gunung basah dari contoh
kotoran. The organism is surrounded by cilia Organisme yang dikelilingi oleh
bulu mata.
Stadium kista dan tropozoit dapat berlangsung di dalam satu jenis hospes. Hospes alamiah adalah babi, dan manusia merupakan hospes insidentil. Jika kista infektif tertelan di dalam usus besar akan berubah menjadi bentuk tropozoit. Di lumen usus atau dalam submukosa usus, tropozoit tumbuh dan memperbanyak diri (multiplikasi). Jika lingkungan usus kurang sesuai bagi tropozoit akan berubah menjadi kista.
Stadium kista dan tropozoit dapat berlangsung di dalam satu jenis hospes. Hospes alamiah adalah babi, dan manusia merupakan hospes insidentil. Jika kista infektif tertelan di dalam usus besar akan berubah menjadi bentuk tropozoit. Di lumen usus atau dalam submukosa usus, tropozoit tumbuh dan memperbanyak diri (multiplikasi). Jika lingkungan usus kurang sesuai bagi tropozoit akan berubah menjadi kista.
Stadium kista parasit yang bertanggung jawab dalam proses penularan balantidiasis (1). Umumnya kista tertelan melalui kontaminasi pada makanan dan air
(2). Setelah
tertelan, terjadi excystation pada usus halus, dan tropozoit berkoloni di usus
besar
(3)Tropozoit dalam
lumen usus besar binatang dan manusia, dimana memperbanyak diri dengan cara
pembelahan binary fission
(4). Tropozoit
menjadi kista infektif
(5). Beberapa
tropozoit menginvasi ke dinding usus besar dan berkembang, beberapa kembali ke
lumen dan memisahkan diri. Kista matang keluar bersama tinja
.Patologi dan Gejala
Klinis
Pada
umumnya balantidiasis tidak menampakkan gejala klinis, dan
infeksi pada manusia terjadi karena makan kista infektif yang tertelan bersama
air atau makanan yang telah tercemar tinja babi atau penderita lainnya. Pada
usus besar (utamanya) menimbulkan ulserasi, sehingga menimbulkan perdarahan dan
pembentukan lendir di tinja penderita. Penderita tidak mengalami demam pada
kasus balantidiosis usus besar.
Mukosa dan submukosa usus diinvasi dan dirusak oleh jasad yang memperbanyak
diri. Invasi berhasil dengan bantuan fermen-fermen sitolitik dan penerobosan
secara mekanik. Parasit memperbanyak diri dengan membentuk sarang dan abses
kecil yang kemudian pecah menjadi ulkus yang lonjong dan tidak teratur dengan
pinggiran merah yang menggaung. Dengan kelainan mulai dari hiperemi cataral
yang sederhana sampai pada ulkus yang jelas. Masing-masing tukak mungkin
terpisah dengan mukosa yang normal atau hiperemik di antaranya atau ulkus-ulkus
itu menjadi satu dengan sinus-sinus yang saling berhubungan.
Pada semua kasus berakibat fatal terdapat ulkus multipel dan difus dan terdapat
gangren. Sediaan histologik menunjukkan daerah-daerah hemoragik, infiltrasi sel
bulat, abses, ulkus nekrotik, dan terdapat invasi parasit, reaksi utama ialah
sel inti satu yang menyolok kecuali bila ada infeksi bakteri yang sekunder.
Pada waktu eksaserbasi pada infeksi yang kronis terdapat ulkus-ulkus kecil dan
tidak jelas. Mukosa mengalami peradangan merata dan mungkin terdapat
daerah-daerah kecil yang diliputi suatu membran dan di bawahnya ada jaringan
yang terkelupas. Pada infeksi sedang yang akut mungkin terdapat tinja yang
encer sebanyak 6 - 15 x sehari dengan lendir, darah dan nanah. Pada keadaan kronis
mungkin terdapat diare yang timbul-hilang diselingi oleh konstipasi, nyeri pada
colon, anemi dan cachexia.
Banyak infeksi berjalan tanpa gejala, dan prognosis
tergantung pada hebatnya infeksi dan reaksi terhadap terapi. Prognosis baik
pada infeksi tanpa gejala dan pada infeksi kronis. Balantidiasis tidak
berhasil menyerbu hati. Jumlah infeksi yang kecil dan kegagalan untuk
menimbulkan infeksi secara eksperimen, menunjukkan kekebalan bawaan yang tinggi
pada manusia.
Bahan uji : Bahan uji
yang digunakan adalah feses karena
siklus hidupnya berada pada usus dan keluar melalui bersama feses.
Giardia Lamblia
Giardia
lamblia adalah salah satu protozoa penyebab infeksi pada saluran pencernaan
manusia. Protozoa ini ditemukan pertama kali oleh Leuwenhoek tahun
1681 pada fesesnya sendiri. Nama lain dari Giardia lamblia adalah Lamblia
intestinalis atau Giardia doudenalis. Selain menyerang saluran pencernaan
manusia, protozoa flagellata ini dapat pula menyerang kucing, anjing, burung,
sapi, berang-berang, rusa dan domba.
Morfologi
Gambar : Giardia Lamblia
Bentuk dan bagian-bagian
Giardia lamblia
ropozoit
Giardia lamblia berbentuk bilateral simetris seperti buah jambu monyet, bagian
anterior tampak membulat dan bagian posterior meruncing. Ukuran panjangnya
10-20 mikron dengan diameter 7-10 mikron. Di bagian anterior terdapat sepasang
inti berbentuk oval. Di bagian ventral anterior terdapat dua batang batil isap
(parabasal) berbentuk seperti cakram cekung yang berfungsi untuk perlekatan di
permukaan sel epithel usus. Tropozoit mempunyai 8 flagel, sehingga bersifat
motil. Giardia lamblia tidak mempunyai mitokondria, peroxisome, hydrogenisomes,
atau organel subseluler lain untuk metabolisme energi.
Kista
Giardia lamblia berbentuk oval berukuran 8-12 mikron dan mempunyai dinding yang
tipis dan kuat dengan sitoplasma berbutir halus. Kista yang baru terbentuk
mempunyai dua inti sedangkan kista matang mempunyai empat inti dan terletak di
satu kutub.
Manifestasi dan gejala infeksi / patologi
Melekatnya Giardia
lamblia pada sel epitel usus halus tidak selalu menimbulkan gejala /
asimtomatik dan sebagian besar dari mereka menjadi pembawa (carier).
Parasit
Giardia lamblia ini menambatkan dirinya ke epithelium usus halus hospes melalui
cakram berperekat di perutnya dan berreproduksi melalui pembelahan biner.
Protozoa tidak merusak sel hospes, tetapi memakan / menyerap nutrisi dari lumen
(dinding dalam) usus kecil dan hidup secara anaerob (tidak memerlukan oksigen).
Karena penyerapan nutrisi oleh protozoa ini, maka terjadi
penghambatan absorpsi lemak dan unsur nutrisi lain oleh tubuh hospes (villous
atrophia), sehingga dapat menyebabkan penurunan berat badan penderita serta
menyebabkan radang usus.
Tetapi
ada beberapa kasus orang yang peka terhadap infeksi ini dimana sekresi mukosa
menjadi berlebihan sehingga menyebabkan diare, dehidrasi, sakit perut dan
penurunan berat badan. Feses terlihat berlemak tetapi tidak ditemukan darah.
Giardiasis
biasanya tidak tersebar melalui darah dan tidak menyebar ke bagian sistem
pencernaan lainnya namun tetap berada di usus kecil. Tetapi dalam kondisi
tertentu tropozoit dapat menginvasi jaringan seperti kandung empedu dan saluran
kemih. Jika empedu terserang protozoa dapat menyebabkan jaundice(penyakit kuning/ekterus)
dan sakit perut/colic. Penyakit ini tidak berakibat fatal, tetapi sangat
mengganggu.
Gejala Giardiasis
Gejala
klinik pada anak serupa dengan pada orang dewasa. Konsekwensi yang paling
sering dilaporkan dan berpotensi menjadi serius adalah insufisiensi nutrisi
pada bayi dan anak. Insufisiensi nutrisi dapat memiliki efek buruk pada
pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak.
Gejala giardiasis
diantaranya ;
· Diare
· Rasa
tidak nyaman di perut
· Buang
gas yang berlebihan (berbau busuk)
· Bersendawa
dengan bau seperti belerang yang menyebabkan seseorang ingin muak dan muntah
· Steatorrhoea
(feses berwarna pucat,berbau busuk dan licin)
· Nyeri
pada daerah epigastic(antara dada dan perut)
· Perut
sering kembung
· Mual
· Kurang
nafsu makan
· Mungkin
(jarang) muntah-muntah yang banyak
· Kehilangan
berat badan
· Pus,
lendir dan darah yang tidak biasa pada feses
Di
dalam tubuh yang sehat, biasanya tubuh dapat membatasi infeksi secara alami.
Sedangkan pada pasien yang immunocompromised (kekurangan kekebalan
tubuh), infeksi dapat berlangsung lama. Orang yamg mengalami giardiasis
berulang umumnya memiliki kekurangan IgA, dan dapat berkembang menjadi penyakit
kronis. Kekurangan lactase juga dapat mengembangkan suatu infeksi giardia,
namun ini biasanya tidak berlangsung lebih dari beberapa minggu dan pemulihan
penuh akan terjadi kemudian.
Beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa Giardiasis harus dianggap sebagai penyakit
kekurangan vitamin B12, ini akibat dari masalah-masalah yang disebabkannya di
dalam sistem penyerapan usus.
Siklus hidup Gairdia Lamblia
Gambar : Siklus hidup Giardia
Lamblia
Giardiasis
menular melalui oral yaitu dengan proses menelan air minum, makanan atau oleh
rute faecal-oral ( bisa melalui tangan yang terkontaminasi maupun melalui
praktek seks yang melibatkan lidah dan anus). Kista Giardia dapat bertahan di
air hangat selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Karenanya protozoa ini
dapat ditemukan di air sumur, sumber air tergenang seperti kolam alami dan
bahkan sumber air yang terlihat bersih dan jernih di gunung/pegunungan.
Giardia
lamblia hidup dalam usus halus manusia, yaitu bagian doudenum, jejenum dan
bagian atas dari ileum, dan kadang-kadang disaluran dan kandung empedu.
Protozoa ini melekatkan dirinya pada permukaan epithel usus. Protozoa dapat
berenang dengan cepat menggunakan flagellanya.
Infeksi
dimulai ketika seorang teringesti bentuk kista. Ekskistasi terjadi setelah
kista secara terpajan oleh HCL dan enzym pankreas saat melewati lambung dan
usus halus. Ekskistasi merupakan aktivasi kista berinti empat untuk
mengeluarkan parasit motil yang kemudian membelah menjadi dua tropozoit.
Tropozoit motil tersebut menempel di permukaan sel epitel usus dengan
menggunakan batil isap. Setelah melekat pada sel epitel, organisma tsb akan
berkembang dengan cara belah pasang longitudinal.
Sebagian
tropozoit akan mengalami enkistasi saat menuju kolon. Kondisi yang dapat
menstimulasi proses ini tidak diketa
hui secara pasti, tetapi secara invitro
enkistasi dapat diinduksi oleh pajanan terhadap empedu dan peningkatan pH
setelah enkistasi. Parasit tersebut akan keluar bersama feses.
Kista resisten terhadap
penggunaan kimia ringan seperti barklorin dan pendidihan air serta tahan dalam
air dingin sampai berbulan-bulan. Kista dapat dimusnahkan dengan pembekuan dan
pengeringan.
Pada seorang yang
menderita berat, dapat ditemukan 14 milyard parasit dalam fesesnya, sedangkan
pada infeksi sedang ditemukan sekitar 300 juta kista.
Dalam usus halus dimana
isi usus berbentuk cairan, parasit ditemukan dalam bentuk tropozoit, tetapi
setelah masuk ke dalam colon parasit akan berubah jadi kista. Pertama-tama
flagella memendek, cytoplasma mengental dan dinding menebal, kemudian kista
keluar melalui feses. Pada awal terbentuknya kista ditemukan dua neukloi,
setelah satu jam kemudian ditemukan 4 nukleoli. Bila kista tertelan hospes maka
kista tersebut langsung masuk ke doudenum, flagella tumbuk dan terbentuk
tropozoit kembali.
Bahan uji : Bahan uji
yang digunakan adalah feses karena
siklus hidupnya berada pada usus dan keluar melalui bersama feses.
No comments:
Post a Comment